Skip to main content

iklan atas

Featured Post

CARA MUDAH HACK WIFI WPA/WPA2 PSK DENGAN DUMPER DAN JUMPSTART 100% BERHASIL

CARA MUDAH HACK WIFI WPA/WPA2 PSK DENGAN DUMPER DAN JUMPSTART 100% BERHASIL  JumpStart Dumpper 2022 Jadi disini saya masih menggunakan dumper versi 91.2, versi terbarunya sudah ada, saya sarankan lebih baik gunakan versi ini saja, karena fiturnya lebih mudah sekali di gunakan untuk pemula, baiklah langsung saja kita masuk ke cara menggunakannya seperti di bawah ini Cara menggunakan : 1. Silahkan matikan Antivirus seperti smadav, avast, dan sejenisnya, agar lebih mudah saat proses instalasinya. Setelah men-download dan meng-install softwarenya di laptop atau komputeru, silahkan buka software Dumpper. link download dibawah. https://dailyuploads.net/uu6jgxclgk1v 2. Pada tab Networks silahkan kamu pilih Networks adapters lalu Scan. 3. kemudian Masuk ke tab WPS dan pilih Scan lagi. 4. Setelah semua jaringan terlihat, silahkan kamu pilih dengan mengklik jaringan yang ingin di-hack. Pilihlah jaringan yang sinyalnya lebih dari 75% agar peretasan lebih cep...

MAKALAH USHUL FIQH


MAZHAB-MAZHAB SUNNI YANG TELAH LENYAP DAN PENYEBAB-PENYEBAB LENYAPNYA


A. Mazhab Sunni yang Lenyap
1.    Mazhab At-Thabari
Nama lengkapnya : Nama lengkap beliau Muhammad bin Jarir bin Yazid At-Thobai yang bisa dipanggil Abu Ja’far dan dikenal dengan nama At-Thabari karena dinisbatkan dengan nama negaranya. Kelahirannya, Berdasarkan pendapat yang paling rajih adalah pada tahun 224 H. Namun ada pula yang mengatakan bahwa dia lahir pada tahun 225 H. Letak perbedaan tahun kelahiran ini dikisahkan imam Ath-Thabari sendiri ketika muridnya yang bernama Abu Bakar bin Kamil menanyakan kepadanya. Imam Ath- Thabari berkata, “Penduduk daerah kami membuat penanggalan berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan bukan berdasarkan tahun. Beliau lahir di desa Amil/Amal daerah subur di daerah Thabaristan.
Sifat Fisik Imam Ath-ThabariBerkulit sawo matang, bermata lebar, berbadan kurus dan tinggi, berbicara fasih, rambut dan jenggotnya berwarna hitam sampai meninggal. Biarpun pada rambutnya nampak ada sebagian uban, tetapi uban bukan karena semir atau pewarna lain. Kecerdasannya:
Al-Khatib Al-Baghdadi berkata, “ Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib adalah salah satu imam para imam yang kata-katamya sering dijadikan sandaran hukum, pendapat dan pengetahuannya serta keutamaannya sering dipakai rujukan”. Beliau bamyak bersafar dan berguru dengan ahli sejarah, beliau juga salah seorang yang memiliki ilmu banyak dan cedas, banyak karangannya dan belum ada yang menyamainya. Pada umur 7 tahun pun beliau sudah dapat menghafal al-Qur’an, menjadi imam saat berumur 8 tahun, dan mulai menulis ghadits saat umur 9 tahun.
a)      Sejarah Imam Ath-Thabari:
Imam Ath-Thabari memilii lebih dari 40 guru, diantaranya: “ Muhammad bin Abdul Malin bin Abi Asy-Syawarib, Ismali bin Musa As Suddi, Ishaq bin Abi Isroil, Muhammad bin Abi Ma’sar dan yang lainnya. Banyak kota-kota yang sudah disinggahi beliau, namun beliau masih belum puas dengan hanya memasukinya sekali, beliau masuk ke kota tersebut beberapa kali untuk memuaskan ilmunya. Beliau sangat antusias akan hausnya ilmu, perjalanan kehidupan beliaupun hanya dihbiskan untuk menimba ilmu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu daerah ke daerah yang lain. Beliau menjalani hidupnya dengan zuhud dalam urusan harta, sehingga beliau tidak pernah memikirkan untuk mengumpulkan harta. Akibat beliau sangat haus ilmu tersebut beliau membujang sampai meninggal, tanpa menikah dengan siapapun.
Menurut Imam Ath-Thabari ilmu telah menyibukkan dan memberikan kenikmatan dan kelezatan tersendiri yang tidak akan pernah dirasakan kecuali bagi yang telah menjalaninya. Ketika seseorang telah tenggelam dalam lautan ilmu di masa mudanya, maka menikah sering terabaikan. Al-Khotib berkata: “Aku mendengar Ali bin Ubaidillah bercerita: “Sesungguhnya Muhammad bin Jarir di rumah selama 40 tahun, setiap harinya menulis 40 lembar.
Al qodhi Abu Abdillah Al-Qudho’i: “Ali bin Nashir bin Ash Shobah telah menceritakan kepada kami, Abu Umar Ubaidilah bin Ahmad As-Simar, dan Abul Qosim Al-Waroq: “Bahwa Ibnu Jarir At-Thabari berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Bagaimana pendapat kalian, bila aku akan menulis tentang sejarah alam dari sejak Adam sampai sekarang ini? Mereka bertanya: “Berapa banyakkah itu? Maka beliau menjawab, kira-kira 30 ribu lembar, lali beliau sadar, dengan berkata: I”Innalillah! Lalu beliau mengurungkan niatnya.
Kemudian beliau ringkas karangan itu sebanyak 3000 lembar, dan ketika beliau ingin membuat tafsir, berkata kepada mereka seperti ituBeliau diberi kekuasaan atas wilayah yang penuh kedzalman, namun beliau menolak dan lebih memilih menjadi seorang ahli fiqih, mujtahid, sejarawan, mufassir, memahami sunnah, ilmu al-Qur’an dan atsar para sahabat serta tabi’in.
b)     Mazhab dan Aqidah Beliau
Bahwa beliau sebelum mencapai derajat mujtahid beliau bermadzhab Syafi’i, pernyataan ini didapatkan dalam kitab “Thobaqotul Kubro” milik Ibnu as-Subki.
AL Fagroghi berkata: “Harun bin Abdul Aziz berceritakepadaku:” Abu Ja’far Ath_Thabari bekata: “aku memilih madzhab Imam syafi’i, dan aku ikuti beliau di Baghdad selama 10 tahun.Dalam kitab “Thobaqotul Mufassirin” milik As-Suyuthi, beliau berkata “Pertama, beliau bermadzhab Syafi’i, lalu membuat madzhab sendiri, dengan perkataan-perkataan dan petikan-petikan sendiri, dan beliau mempunyai pengikut yang mengikutinya.
Adapun aqidah beliau aqidah salafus Sholeh ahlus Sunnah wal Jamaah. Memang awalnya beliau pengikut madzhab Syafi’i di masa mudanya, kemudian menjadi madzhab fiqih tersendiri. Meriwayatkan dari Ath-Thabrani, Abu Bakr, Syafe’i , Muhammad Syaebani dan dari yang lain. Ibnu Atsir berkata: “Abu Ja’far orang yang paling tsiqot dalam mengungkap sejarah, di dalam tafsirnya sarat dengn ilmu dan legalitasnya.” Imam Adz-Dzahabi berkata: “Dia orang yang tsiqot, hafidz, jujur, imamnya para mufassir, fuqoha, baik ketika mufakat maupun ikhtilaf, pakar sejarah dan antropologi, mengetahui qiro’an dan linguistik.” Khalifah memintanya untuk mengarang buku fiqih, kemudia beliau mengarang kitab dengan judul Al-Khafif, kemudian beliu diberi imbalan seribu dinar namun dikembalikan.
c)      Kitab-Kitab Imam At-Thabari
1.        Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Ai Al-Qur’;an yang lebih dikenal dengan sebutan Kitab At-Tafsir Ath-Thabari
2.        Tarikh Umam wa Al-Muluk yang lebih dikenal dengan nama Kitab Tarikh Ath-Thabari
3.        Dzail Al-Mudzil
4.        Ikhtilaf ‘Ulama Al-Amshar fi Ahkam Syara’i Al-Islam yang lebih dikenal dengan nama Kitab Ikhtilaf Al-Fuqoha’
5.        Lathif Al-Qoul fi Ahkam Syara’i Al-Islam, yaitu fiqih Al-Jariri
6.        Al-Khafif fi Ahkam Syara’i Al-Islam, yaitu ringkasan Kitab Lathif Al-Qoul
7.        Basith Al-Qouli fi Ahkam Syara’i Al-Islam
8.        Tadzib Al-Atsar wa Tafshil Ats-Tsabit ‘an Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam min AL-Akhba
9.        Adab AL-Qudhah
10.    Adab An-Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlaq Al-HamidaAl-Musnad Al-Mujarrad
11.    Ar-Raddu ‘ala Dzi Al-Asfar, yaitu Kitab yang berisi bantahannya terhadap Ali Dawud bin Ali Azh-Zhahiri
12.    Al-Qiro’at wa Tanzil Al-Qur’an
13.    Sharih As-Sunnah
14.    At-Tabshir fa Ma’alim Ad-Din
15.    Fadha’il Ali bin Abi Thalib
16.    Fadha’il Abu Bakar wa Umar
17.    Fadha’il Al-Abbas
18.    Kitab fi ‘Ibarah Ar-Ru’ya fi al-Hadits (kitab ini belum disempurnakan Imam Ath-Thabari
19.    Mukhtasar Manasik Al-Hajj
20.    Mukhtasar Al-Fara’id
21.    Ar-Raddu ‘ala Ibnu Abdil Hakam ‘ala Malik
22.    Al-Mujiz fi Al-Ushu
23.    Ar-Ramyu bi An-Nasyab
24.    Ar-Risalah fi Ushul Al-Fiqih
25.    Musnad Ibnu Abbas
26.    Al-‘Adad wa At-Tanzil
27.    Kitab Al-Mustarsyid
28.    Ikhtiyar min Aqawil Al-Fuqoha’
d)     Wafat Imam At-Thabari
Sebelum  Imam Ath-Thabari wafat beliau diminta untuk berwasiat terlebih dahulu, karena beliau adalah seseorng yang dianggap menjadi hujjah bagi pada masanya. Beliau pun berwasiat, “Wasiatku kepada kalian adalah kerjakanlah apa-apa yang telah akutulis dalam kitab-kitab karyaku dan jangan menyalahinya. Perbanyak mengerjakan shalat dan berdzikir.”  Setelah menyampaikan pesan itu beliau lalu mengusap kedua tangannya ke wajahnya untuk memejamkan matanya dengan membentengkan jari-jari tangannya. Pada saat yang demikian itulah, ruhnya meninggalkan jasadnya.
2.    Mazhab Al-Auza’i
Abu Amru Abdurrahman bin Amru bin Muhammad al-Auza’i ad-Dimasyqi adalah ulama dari Syam yang kemudian berpindah ke ke Beirut sampai wafatnya, yang mendapat julukan Syaikhul Islam. Beliau dikenal dengan nama nisbahnya, Al-Auza’i, nisbah ke daerah Al-Auza’, salah satu wilayah di Damaskus. Beliau dilahirkan pada tahun 88 H  tatkala sebagian para sahabat Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam masih hidup, beliau mengalami masa kanak-kanak dalam keadaan yatim. Namun, sejak kecil, beliau senantiasa berusaha memperbaiki diri. Sebagaimana layaknya ulama lainnya, beliau melakukan perjalanan menuju Yamamah dan Bashrah sebagai petualangan dalam menuntut ilmu.
a.    Masa Muda Al-Auza’i
Al-Abbas bin al-Walid bercerita bahwa guru-gurunya berkata, bahwa al-Auza’i bercerita, “Ayahku meninggal ketika aku masih kecil. Pada suatu hari aku bermain-main dengan anak-anak sebayaku, maka lewatlah seseorang (dikenal sebagai seorang syaikh yang mulia dari Arab), lalu anak-anak lari ketika melihatnya, sedangkan aku tetap di tempat. Lantas Syaikh tersebut bertanya kepadaku, “Kamu anak siapa?”; maka saya menjawabnya. Kemudian dia berkata lagi, “Wahai anak saudaraku, semoga Allah merahmati ayahmu.” Lalu dia mengajakku kerumahnya, dan tinggal bersamanya sehingga aku baligh. Dia mengikutsertakan aku dalam dewan (kantor/mahkamah pengadilan) untuk bermusyawarah dan juga ketika pergi bersama rombongan ke Yamamah.
Tatkala aku sampai di Yamamah, aku masuk ke dalam masjid jami’. Pada waktu keluar masjid ada seorang temanku berkata kepadaku, “Saya melihat Yahya bin Abi Katsir (salah seorang ulama Yamamah) kagum kepadamu; dan dia mengatakan, ‘Tidaklah saya melihat di antara para utusan itu ada yang lebih mendapatkan petunjuk daripada pemuda itu!’” Al-Auza’i berkata, “Kemudian aku bermajelis dengannya dan menulis ilmu darinya hingga 14 atau 13 buku, kemudian terbakar semuanya.” Beliau adalah orang yang pertama kali menulis buku ilmu di Syam. Beliau adalah orang yang menghidupkan malamnya dengan shalat lail, membaca al-Qur’an dan menangis. Bahkan sebagian penduduk kota Beirut bercerita bahwa pada suatu hari ibunya memasuki rumah al-Auza’i dan memasuki kamar shalatnya, maka dia mendapati tempat shalatnya basah karena air mata tangisan malam harinya.
b.    Guru dan murid Al-Auza’i.
Beliau mengambil hadis dari Atha’ bin Abi Rabah, Qasim bin Makhimarah, Syaddad bin Abu Ammar, Rabi’ah bin Yazid, Az-Zuhri, Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, Yahya bin Abi Katsir, dan sejumlah ulama besar dari kalangan tabiin lainnya. Diceritakan juga bahwa beliau sempat mengambil hadis dari Muhammad bin Sirin di waktu Muhammad bin Sirin sakit. Sementara, daftar para ulama yang menjadi murid beliau antara lain: Syu’bah, Ibnu Mubarak, Walid bin Muslim, Al-Haql bin Ziyad, Yahya bin Hamzah, Yahya Al-Qaththan, Muhammad bin Yusuf, Al-Faryabi, Abu Al-Mughirah, dan sejumlah ulama lainnya. Beliau meninggal pada tahun 153 H, dan kebanyakan ulama berkata bahwa beliau meninggal pada tahun 157 H di bulan Shafar.
3.        Mazhab Dhahiri
Pembangun Madzhab ini, ialah Abu Sulaiman Daud ibn Ali Al Asfahani yang kemudian dikenalkan dengan nama Daud Ad Dhahiri. Beliau dilahirkan di Kufah dalam tahun 202 H, dibesarkan di Bagdad dan wafat di sana dalam tahun 270 H. Mula-mula beliau bermadzhab Syafi’i, dan amat teguh memegang hadits. Beliau pernah belajar pada Ishaq ibn Rahawaih, salah seorang fuqoha’ madrasah Al Hadits, pada tahun 233 H.[1][1]
Walaupun beliau ini mempelajari madzhab Asy Syafi’i secara mendalam, sedang ayahnya bermadzhab Hanafi, namun pada kemudiannya beliau menentang madzhab Asy Syafi’i, lantaran Asy Syafi’i mempergunakan qiyas dan memandangnya sebagai sumber hukum. Oleh karenanyalah fuqoha’-fuqoha’ Syafi’iyah menentangnya. Daud pernah berkata : “Saya telah mempelajari dalil-dalil yang dipergunakan oleh Asy Syafi’i untuk menentang istihsan. Maka saya mendapati bahwa dalil-dalil itu juga membatalkan qiyas.” Daud berpendapat bahwa nash-nash yang dipergunakan oleh Ahlurra’yi dalam memandang qiyas sebagai dasar hukum, adalah berguna di waktu tidak ada sesuatu nash dari Kitabullah atau Sunnatur Rasul, dan beliau berpendapat bahwa apabila kita tidak memperoleh nash dari Al-Quran dan As-Sunnah, maka hendaklah kita memusyawaratkan hal itu dengan para Ulama, bukan kita berpegang kepada pendapat ijtihad sendiri.
Madzhab beliau ini dikenal dengan nama madzhab Dhahiri, karena beliau berpegang kepada dhahir Al-Quran dan As-Sunnah, tidak menerima adanya ijma’ terkecuali ijma’ yang diakui oleh semua ulama. Madzhab ini diikuti oleh banyak ulama. Diantaranya, ialah anaknya sendiri Muhammad ibn Daud, wafat tahun 297 H. dan Ibnul Mukhallis yang wafat dalam tahun 324 H.
Madzhab ini berkembang di Andalusia hingga abad ke-5 H. kemudian berangsur-angsur mundur, hingga lenyap sama sekali, di abad ke-8.
a.    Pandangan Ulama Dzahiri tentang Ar ra’yu dan sumber hukum lainnya
Mengenai ra’yu dalam hal ini Ibnu Hazm berpendapat bahwa tidak ada ra’yu dalam agama. Seseorang tidak berhak berijtihad dengannya dan tidak sah mengistimbatkan hukum dengannya. Karena nash adalah hukum Allah Swt, sedangkan apa yang dihasilkan oleh ra’yu berarti telah membuat hukum sendiri dan bukan hukum Allah SWT. seseorang juga tidak berhak berpendapat dengan membawa nama Allah kecuali hanya Rasul-Nya. Barang siapa yang berbicara dengan ra’yunya dalam agama sungguh dia telah mengada-ada dan berbohong kepada Allah Swt.
b.        Sumber-sumber hukum Madzhab Dhahiri
Beliau menerangkan bahwasannya sumber-sumber hukum yang diambil yaitu :
1.      Al Quran
2.      As Sunnah
3.      Ijma’
4.      Dalil
     c.    Metode ijtihad Madzhab Adh Dhahiri
Madzhab Adh Dhahiri yang kelahirannya dibidani Dawud bin Khalaf al-Isbahani, dikenal literalis, dan menentang keras liberalisme dalam berijtihad. Pengangum berat Imam Syafi`i  yang dianggapnya sangat kuat berpegang kepada nash Al-Quran dan Al-Sunnah ini, masyhur dengan predikat "kaku" dan "tidak adaptif terhadap perubahan zaman". Prinsip literal yang dipeganginya membuahkan kritikan keras terhadap metode qiyas karena menurutnya sudah keluar dari nash. Baginya Syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia sudah sempurna, tidak perlu lagi ada penambahan, dan seakan akal sama sekali tidak diberikan porsi dalam berijtihad, misalnya terlihat pada penolakan penggunaan metode ijtihad bi al-ra`yi seperti qiyas, istihsan dan maslahah mursalah. 
      4.  Mazhab    Ats-Tsauri
Nama lengkapnya adalah Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda bin Thabikhah bin Ilyas. Para ahli sejarah sepakat, Sufyan Ats-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 77 H/699 M. Ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri, dan teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk generasi tabi’in dan para perawi Kufah yang dapat dipercaya. Keshalihan Sufyan Ats-Tsauri sudah tampak sejak ia masih berada di dalam kandungan ibunya.
Suatu hari ibunya sedang berada di atas loteng rumah. Si ibu mengambil beberapa asinan yang sedang dijemur tetangganya di atas dan memakannya. Tiba-tiba Sufyan, yang masih berada di dalam rahim ibunya, menyepak sedemi­kian kerasnya, sehingga si ibu mengira bahwa ia keguguran.
Sufyan pertama kali belajar kepada ayahnya dan kemudian belajar kepada banyak guru hadits dan fiqih di kota Kufah dan kota Bashrah. Para penulis riwayatnya lebih banyak mencatat guru-guru dalam bidang hadits dan fiqih, dan tidak menyebutkan gurunya dalam bi­dang tasawuf. Karena itu boleh dikata­kan, kehidupan menyepinya, sehingga ia dijuluki manusia suci oleh para sufi, me­rupakan pengembangan dari keda­laman ilmunya dalam ilmu-ilmu Islam, se­bagaimana juga di kemudian hari di­praktekkan oleh Imam Ghazali. Semula ia berguru ilmu agama ke­pada ayahnya sendiri, kemudian kepada para guru hadits dari Bashrah dan Kufah. Karena kepakarannya, ia sering di­sebut dengan panggilan “Imam Sufyan Ats-Tsauri” (Ats-tsauri berarti “yang pe­mikirannya selalu bergolak”).Banyak hadits yang diriwayatkannya, sehingga ia dan kalangannya memben­tuk suatu madzhab tersendiri dalam fiqih. Madzhab fiqih Sufyan Ats-Tsauri berta­han hingga dua abad, setelah itu meng­hilang, dan sekarang kita hanya mene­mukan pendapat-pendapatnya dalam cuplikan beberapa kitab kuning.
Murid-murid Ats-Tsauri antara lain Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’i, Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar, Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdur­raz­zaq, Ubaidillah Al-Asyja’i , Isa bin Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, Abu Ishaq Al-fazari, Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam, Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin Adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di (ia adalah perawi tsiqat, terper­caya, paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri).

KESIMPULAN

Mazhab Sunni adalah istilah lain dari mazhab ahli sunnah wal jama'ah. Kata ahli sunnah wal jama'ah ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani t entang terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan. Semuanya sesat kecuali golongan ahli sunnah wal jama'ah. Golongan ahli sunnah wal jama'ah adalah mereka yang mengikuti sunah Rasul dan para sahabatnya termasuk para tabi'in dalam memahami ayat Al Qur'an terutama ayat-ayat yang bersifat mutasyabihat/samar.
Mazhab Sunni yang masih berkembang sampai saat ini adalah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali. Sedangkan mazhab yang telah punah adalah mazhab Ats-Tsauri, mazhab Ad-Dhahiri, Mazhab Al Auza’i dan Mazhab At-Thabari.


















DAFTAR PUSTAKA


  
Abu zahrah, Muhammad, Imam Syafi’i: Biografi dan pemikarannya dalam Maasalah Aqidah & Fiqih, Penerjemah: Abdul Syukur dan Ahmad Rivai Uthman, cet.2 (Jakarta: Lentera, 2005).

Comments

iklan tengah

Popular posts from this blog

CARA MUDAH HACK WIFI WPA/WPA2 PSK DENGAN DUMPER DAN JUMPSTART 100% BERHASIL

CARA MUDAH HACK WIFI WPA/WPA2 PSK DENGAN DUMPER DAN JUMPSTART 100% BERHASIL  JumpStart Dumpper 2022 Jadi disini saya masih menggunakan dumper versi 91.2, versi terbarunya sudah ada, saya sarankan lebih baik gunakan versi ini saja, karena fiturnya lebih mudah sekali di gunakan untuk pemula, baiklah langsung saja kita masuk ke cara menggunakannya seperti di bawah ini Cara menggunakan : 1. Silahkan matikan Antivirus seperti smadav, avast, dan sejenisnya, agar lebih mudah saat proses instalasinya. Setelah men-download dan meng-install softwarenya di laptop atau komputeru, silahkan buka software Dumpper. link download dibawah. https://dailyuploads.net/uu6jgxclgk1v 2. Pada tab Networks silahkan kamu pilih Networks adapters lalu Scan. 3. kemudian Masuk ke tab WPS dan pilih Scan lagi. 4. Setelah semua jaringan terlihat, silahkan kamu pilih dengan mengklik jaringan yang ingin di-hack. Pilihlah jaringan yang sinyalnya lebih dari 75% agar peretasan lebih cep...